Minggu, 18 November 2007

MALAM INI, KUUSIR SEORANG TUHAN DARI RUMAHKU

Bulan Sorbadjati

Malam ini
keberuntunganku penuh, Kawanku.
Kepalaku lagi-lagi terlahir untuk ke sekian kalinya.
Tidak cuma dari jalan peranakan,
dari setiap lubang!
Kepala dari lubang telinga hingga lubang anus. Kepala. Kepala.
Kulahirkan banyak kepala.
Cerdas.
Cemerlang.
Tidak satupun kepala pembebek pembeo.
Tiap kepala adalah yang “melawan!”
Tiap kepala bukanlah yang gentar pada kemiskinan,
yang menangis hina
di hadapan kesejahteraan kemapanan martabat sosial.
Kenormalan.
Puluhan tahun kujalin persahabatan dengan akar, daun, bunga, buah.
Ilalang teman bermainku.
Kodok, belalang, rumputsahabat-sahabatku.
Di bawah bintang, embun setia menyambangiku.
Lihat,
tak satupun mereka menyembah tuhan yang dipigura.
Keberuntunganku penuh, Kawanku.
Malam ini berhasil kuusir tuhan dari rumahku,
tuhan yang doyan kuasa, memaksa, menghakimi,
mengolok-olok, menghina kecacatanku.
Dan kupanggil masuk tuhan yang lumpuh.
Tuhan yang lumpuh
sebab letih dia ribuan tahun dipaksa berjalan di jalur cepat,
letih menjawab tangisan para anak,
letih mendengar tuntutan para istri,
letih menuruti perintah para suami.
Mari, tuhanku, silakan masuk
di rumahku yang sedang tumbuh.
Aku tidak punya banyak perkara.
Sederhana saja.
Dalam lemari—hanya ada satu lemari, tuhanku,
di tempatku—yang kemarin baru kutata rapi kembali
setelah tuhan yang sebelum kau mengobrak-abriknya dengan ganas,
supaya setiap onak duri beling dari murkaNYA muat dicucukkan di dalamnya.
Dalam lemariku, tuhanku,hanya ada percakapan sedih, kecemasan bertumpuk, pengembaraan yang nyaris tersesat di ujung tak jelas.
Itulah yang terbaik kupunya,
dari darah hasrat.
Dititip semesta bagikusebagai lelaku.
Ooo masih ada satu hal lain,
cukup penting selain ceret besi penuh air mendidih,
gula aren,
jahe gepuk dibakar.
Kursi roda, tuhanku....Kemarin kuutang cicil di pasar loak.
Supaya ada tempat layak untuk dudukmu di rumahku.
Madyataman, Solo ---
Minggu, 24 Juni 2007 Pk 23.58

Tidak ada komentar: